Judul:
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD dengan Menggunakan Media Pembelajaran Tiga Dimensi untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas V SD Inpres Bertingkat Bara Baraya.
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendidikan pada
hakikatnya adalah proses kegiatan yang berwujud perbuatan. Perbuatan yang
dimaksud dilakukan manusia untuk membina dan membentuk anak sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai. Di dalam GBHN tahun 1973 (Ihsan, 2008: 5) disebutkan
bahwa “pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur
hidup”. Sesuai dengan isinya bahwa pendidikan adalah upaya untuk meningkatkan
derajat manusia, maka tujuan pendidikan harus dirumuskan secara jelas dan
tepat.
Tujuan
pendidikan mengarahkan pada pembentukan manusia Indonesia seutuhnya. Hal ini
dijelaskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (2009: 5) menjelaskan bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
|
Dalam pandangan siswa SD secara umum, mata pelajaran
matematika merupakan mata pelajaran yang susah dimengerti. Indikasi yang paling
mudah ditemukan adalah hasil belajar siswa yang cenderung kurang memuaskan, terutama
pada perolehan nilai yang rata-rata dibawah pelajaran lain. Rendahnya perolehan
hasil belajar matematika siswa nampak pada capaian ketidaklulusan siswa yang
sebagian besar disebabkan oleh tidak tercapainya nilai batas lulus yang telah
ditetapkan. Hal ini bukan berarti siswa tidak memiliki kemampuan dalam
matematika, tetapi masih banyak unsur-unsur yang terkait dengannya diantaranya
adalah guru.
Guru sebagai salah
satu pemeran utama dalam pembelajaran haruslah professional dalam bidangnya
agar dapat menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pendidik sekaligus sebagai pengajar
yang berkompeten. Untuk itu guru harus menguasai bahan yang diajarkan, terampil
mengajarkannya, dan mampu mengatasi berbagai kendala yang ditemui dalam
pembelajaran. Salah satu hal yang dapat dilakukan guru adalah mampu memilih dan
menggunakan dengan tepat metode, model dan media pembelajaran yang sesuai dengan
tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, dan karakteristik siswa agar tujuan
yang telah ditetapkan dapat tercapai secara optimal.
Dalam konteks
yang aplikatif, proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan
secara keseluruhan antara guru dan siswa memegang peranan penting. Menurut
Subyosubroto (Estiningrum, 2005:19) menyatakan bahwa:
Proses belajar mengajar meliputi
kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan,
sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi
edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran.
Matematika
sebagai mata pelajaran pada semua pendidikan formal dipandang sebagai mata
pelajaran yang memegang peranan penting. Pendidikan matematika merupakan
landasan dan kerangka pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi. Menyadari
pentingnya pelajaran matematika, telah banyak usaha yang dilakukan oleh
pemerintah, diantaranya melengkapi sarana dan prasarana, meningkatkan kualitas
tenaga pendidik, pembaharuan pendekatan dalam pembelajaran serta pengembangan
dan perbaikan kurikulum. Namun untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan,
tidaklah semudah yang kita inginkan. Hal ini terbukti dengan masih rendahnya
pemahaman siswa yang tergambar melalui prestasi belajar khusunya pada mata
pelajaran matematika.
Adanya
kecenderungan proses pembelajaran matematika yang terpusat pada guru. Demikian
halnya yang terjadi dalam pembelajaran matematika di sekolah, khusunya di SD Inpres
Bertingkat Bara-Baraya. Berdasarkan hasil observasi awal yang telah
dilakasanakan pada hari Senin tanggal 8 April 2013 menunjukkan rendahnya
kualitas proses dan hasil belajar matematika siswa kelas V. Dari hasil
pengamatan menujukkan rendahnya hasil belajar matematika siswa kelas V sebabkan
oleh beberapa faktor baik dari guru maupun siswa, diantaranya (1) masih
banyaknya siswa yang pasif dalam proses pembelajaran (2) kurangnya minat dan motivasi
siswa dalam menerima materi pembelajaran (3) rendahnya pemahaman siswa terhadap
materi yang diajarkan, (4) proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru kurang
mengaktifkan siswa, (5) penggunaaan media dan penerapan model pembelajaran yang
belum maksimal, (6) pengelolaan kelas yang masih kurang.
Melihat kondisi
yang demikian, akhirnya peneliti memberikan solusi alternatif dalam proses
pembelajaran melalui penerapan model dan penggunaan media pembelajaran yang
dapat menunjang proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran yang
diinginkan dapat tercapai. Salah satu model pembelajaran yang dapat
mengaktifkan siswa, membentuk tutor sebaya dan mampu membantu siswa dalam
memahami pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Selain
itu peneliti juga menggunakan media pembelajaran tiga dimensi dimaksudkan agar
siswa dapat lebih memahami materi pembelajaran. Menurut Roger dkk (Huda, 2012:
29) menyatakan bahwa:
Cooperative learning
is group learning activity organized in such a way that learning is based on
the socially structured change of information between learners in group in
which each learner is held accountablefor his or her own learning and is
motivated to increase the learning of others (pembelajaran kooperatif
merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisiroleh suatu prinsip bahwa
pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial diantara
kelompok-kelompok pembelajaran yang di dalamnya setiap pembelajar bertanggung
jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran
anggota-anggota yang lain).
Model pembelajaran kooperatif
dimaksudkan untuk lebih memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk
meningkatkan aktivitas siswa agar benar-benar merasa ikut ambil bagian dan
berperan aktif dalam proses belajar mengajar. Daryanto dan Rahardjo (2012) dengan
pemilihan model pembelajaran dan media pembelajaran diharapkan adanya perubahan
dalam mengingat (memorizing) atau
menghafal (rote learning) kearah
berpikir (thinking) dan pemahaman (understand) sehingga nantinya siswa
tidak mengalami kebingungan dalam mengerjakan soal yang berbeda-beda. Artz dan
Newman (Huda, 2012: 32) mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai
“kelompok kecil pembelajar/siswa yang bekerja sama dalam satu tim untuk
mengatasi suatu masalah, menyelesaikan sebuah tugas, atau mencapai tujuan
bersama”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran kelompok yang bertujuan untuk
menyelesaikan tugas/masalah secara bersama-sama untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe
STAD siswa diberikan kesempatan untuk mendiskusikan tugas yang diberikan dengan
menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumalah tiap anggotanya terdiri dari
4-5 orang siswa secara heterogen. Slavin (Trianto, 2012: 68) menyatakan bahwa
“pada STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang
merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku”. Seperti
halnya pembelajaran lainnya pembelajaran STAD ini juga membutuhkan persiapan
yang matang sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Persiapan-persiapan
tersebut antara lain, “(1) perangkat pembelajaran, (2) membentuk kelompok
kooperatif, (3) menentukan skor awal, (4) pengaturan tempat duduk, dan (5)
kerja kelompok” (Trianto, 2012: 69).
Selain model pembelajaran, media
pembelajaran juga berfungsi sebagai alat bantu dalam proses belajar dan
pembelajaran yang tidak bisa kita pungkiri keberadaannya. Secara umum manfaat
media pembelajaran dalam proses pembelajaran adalah memperlancar interaksi guru
dan siswa sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih efektif dan efisien. Salah
satu media pembelajaran yang dapat menunjang proses pembelajaran matematika
adalah media pembelajaran tiga dimensi.
Utamy (2012) media pembelajaran
tiga dimensi adalah suatu media yang tampilannya dapat dilihat dari segala
arah, baik dari depan, belakang, kanan, kiri, atas maupun bawah yang mempunyai
dimensi panjang lebar serta tinggi atau tebal. Pengguanaan media pembelajaran
tiga dimensi dimaksudkan agar siswa dapat melihat secara langsung objek
sesungguhnya atau miniatur suatu objek, sehingga siswa tidak hanya berimajinasi
atau berkhayal mengenai objek yang dijelaskan oleh guru ((http://suciayuutamy.blogspot.com/2012/12/media-pembelajaran-3d_26.html)
diakses pada tanggal 14 April 2013 pukul 8:10 WITA).
Dengan penerapan model pembelajarn
kooperatif tipe STAD dan penggunaan media pembelajaran tiga dimensi nantinya
diharapkan akan meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga hasil belajar
siswa khususnya mata pelajaran matematika dapat meningkat, karena salah satu
fungsi dterapkannya model pembelajaran kooperatif dan penggunaan media
pembelajaran tiga dimensi adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik
kemampuan dalam aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan.
Berdasarkan uraian di atas,
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Menggunakan Media Pembelajaran Tiga
Dimensi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas V SD
Inpres Bertingkat Bara Baraya”.
B.
Rumusan
dan Pemecahan Masalah
1.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah dibahas sebelumnya, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Bagaimanakah penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD dengan menggunakan media pembelajaran tiga dimensi untuk meningkatkan
hasil belajar matematika pada siswa kelas V SD Inpres Bertingkat Bara Baraya”.
2.
Pemecahan
Masalah
Berdasarkan
rumusan masalah, maka penulis selaku peneliti merancang pemecahan masalah
dengan menerapkan salah satu tipe model pembelaran kooperatif, yaitu Student
Team Achievement Division (STAD) dan media pembelajaran tiga dimensi yang
dilaksanakan dengan prosedur dalam penelitian tindakan kelas (PTK). Dengan
penerapan model dan media pembelajaran tersebut diharapkan agar proses
pembelajaran di dalam kelas semakin meningkat karena siswa dapat saling
membelajarkan melalui tukar pikiran, pengalaman, dan gagasan-gagasan.
C.
Tujuan
Penelitian
Tujuan
penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan
hasil belajar matematika dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dengan menggunakan media pembelajaran tiga dimensi pada siswa kelas V SD
Inpres Bertingkat Bara-Baraya.
D.
Manfaat
Penelitian
Hasil penelitian
diharapkan mampu memberikan manfaat, diantaranya yaitu:
1. Manfaat
Teoritis
a. Sebagai
informasi bagi guru-guru di Sekolah Dasar tentang pentingnya penerapan model
pembelajaran khususnya model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan penggunaan
media pembelajaran dalam mendukung proses pembelajaran matematika.
b. Sebagai
bahan pertimbangan kedepannya dalam membuat perencanaan proses pembelajaran,
sehingga memperluas pengetahuan dalam mengenal model dan media pembelajaran
yang lebih kreatif.
c. Dapat
memberikan alternatif model dan media pembelajaran serta cara menerapkannya maupun
menggunakannya sesuai dengan perencanaan pembelajaran apabila nantinya telah
menjadi seorang tenaga pendidik.
2. Manfaat
Praktis
a. Bagi
guru, dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan menggunakan
media pembelajaran tiga dimensi untuk menunjang prose pembelajaran agar lebih
menarik dan efektif.
b. Bagi
siswa, dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan penggunaan
media pembelajaran tiga dimensi dapat memotivasi siswa untuk lebih bersemangat
dalam belajar matematika sehingga hasil belajarnya meningkat.
c. Bagi
peneliti, merupakan pengalaman berharga dalam memperluas wawasan keilmuan dalam
rangka meningkatkan kualitas keilmuaanya sehingga menambah khasanah ilmu
pengetahuan dan menjadi sumber bacaan bagi peneliti berikutnya.
II.
KAJIAN
PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A.
Kajian
Pustaka
1.
Pengertian
Model Pembelajaran
Agar
pembelajaran matematika dapat diserap dan dipahami oleh siswa dengan baik,
selain diperlukan strategi pembelajaran, guru juga perlu dalam memilih metode
dan model yang dipandang tepat dan sesuai dengan kondisi sisiwa. Model
pembelajaran dimaksudkan adanya intrekasi yang terjadi antara guru dan siswa
dalam proses pembelajaran yang menyangkut strategi, pendekatan, metode, dan
teknik pembelaharan yang diterapkan dalam pelaksanaan belajar mengajar di dalam
kelas. Menurut Seokamto, dkk (Trianto, 2012: 22) menyatakan bahwa
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual
yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman
bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas
belajar mengajar.
Pendapat lain tentang pengertian
model pembelajaran dikemukakan oleh Joyce dan Weil (Azhmi, 2011: 13) “model
pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk
membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang
bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing di kelas atau yang lain.”
|
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran adalah suatu prosedur atau pola pembelajaran yang digunakan oleh
guru sebagai pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas yang menyangkut
strategi, pendekatan, motode dan teknik pembelajaran.
Beberapa model pembelajaran menurut
Suprijono (Ilmi, 2011) antara lain adalah model pembelajaran langsung (direct instruction), model pembelajaran
kooperatif (cooperative learning) dan
model pembelajaran berbasis masalah (problem
based instruction).
a. Model
Pembelajaran Langsung
Pengajaran langsung adalah suatu
model pengajaran yang bersifat teacher
center. Menurut Arends (Trianto, 2012: 41) menyatakan bahwa
Model pembelajaran langsung adalah salah
satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar
siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan procedural
yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan
bertahap, selangkah demi selangkah.
b. Model
Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif
adalah model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
c. Model
Pembelajaran Berbasis Masalah
Pentingnya pemahaman konsep dalam
proses belajar mengajar sangat mempengaruhi sikap, keputusan, dan cara-cara
memecahkan masalah. Pemahan yang dimaksud adalah pemahaman terhadap kemampuan
siswa untuk menggunakan pengatahuan tersebut dalam situasi baru. Sebagian besar
siswa kurang mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan
bagaimana pengetahuan tersebut akan dimanfaatkan/diaplikasikan pada situasi
baru. Sebagai guru yang baik dan bijaksana harus mampu menggunakan model
pembalajaran yang berkaitan dengan cara memecahkan masalah (problem solving). Menurut Trianto (2012: 90) mengatakan bahwa
Model pembelajaran berdsarkan masalah
merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan
yang membutuhkan penyelidikan autentik
yakni penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan yang
nyata.
2.
Pengertian
Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran
yang mengutamakan kerja sama dalam kelompok ada pada bentuk pembelajaran
kooperatif. “Dalam belajar kooperatif, siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok
yang terdiri dari 4 atau 5 orang untuk bekerja sama dalam menguasai materi yang
diberikan guru” Slavin (Trianto, 2012: 56).
Di dalam kelas
kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri
dari 4-5 orang siswa secara heterogen
baik dari prestasi, jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling
membantu. Artzt dan Newman (Trianto, 2012: 56) menyatakan bahwa dalam belajar
kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan
tugas-tugas kelompok untuk mencapai
tujuan bersama dan setiap anggota kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama
untuk keberhasilan kelompoknya.
Menurut Chotimah
(Ilmi, 2011:15) menjabarkan bahwa “pembelajaran kooperatif merupakan
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama
dengan sesama peserta didik dalam tugas-tugas terstruktur”. Sedangkan menurut
Isjoni (Rusminah, 2011: 10) menyatakan bahwa
Cooperative
learning
adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan
kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang
ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan
orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain.
Dari pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan peserta didik lainnya
dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru untuk mencapai tujuan
bersama.
Menurut Nur (Daryanto dan Muljo
Raharjo, 2012: 242), prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai
berikut
a.
Setiap
anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan
dalam kelompoknya.
b.
Setiap
anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompoknya
mempuanyai tujuan yang sama.
c.
Setiap
anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama
diantara anggota kelompoknya.
d.
Setiap
anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
e.
Setiap
anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan
untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
f.
Setiap
anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual
materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
3.
Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD)
Pembelajaran
kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran
kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota
tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian
tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan
penghargaan kelompok. Menurut Slavin (Sundari, 2010: 28) menyatakan “ada lima
komponen dalam metode pembelajaran Student
Teams Achievment Division (STAD), yaitu: (1) presentasi kelas; (2) tim; (3)
kuis; (4) skor kemajuan individual; (5) rekognisi tim.” Berikut penjelasan dari
lima kompoenen dalam metode tersebut.
a. Presentasi
Kelas
Materi
diperkenalkan di dalam kelas melalui presentasi. Kemuadian dilanjutkan
pengajaran langsung dengan cara diskusi yang dipimpin oleh guru. Dengan
demikian siswa akan lebih berkonsentrasi dalam materi pelajaran
b. Tim
Tim terdiri dari
empat sampai lima orang siswa yang mewakili seluruh bagian kelas dalam hal
kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsinya agar semua
anggota kelompok bekerja dengan baik.
c. Kuis
Kuis dilakukan
setelah satu periode guru memberikan presentasi, kemudian siswa diminta untuk
mengerjakan kuis individual. Jadi siswa bertanggung jawab atas dirinya sendiri.
d. Skor
Kemajuan Individual
Skor kemajuan
ini digunakan untuk memberikan kepada siswa tujuan kenerja yang dapat dicapai
apabila mereka bekerja giat dan memberikan kinerja yang baik dibandingkan
dengan sebelumnya.
e. Rekognisi
Tim
Tim ini akan
memperoleh penghargaan apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria
tertentu.
Tabel 2.1
Fase-Fase Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD
Fase
|
Kegiatan
Guru
|
Fase
1
Menyampaikan
tujuan dan memotivasi siswa
|
Menyampaikan
semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan
memotovasi siswa.
|
Fase
2
Menyajikan
atau menyampaikan informasi
|
Menyajikan
informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan.
|
Fase
3
Mengorganisasikan
siswa dalam kelompok-kelompok belajar
|
Menjelaskan
kepada siswa bagaimana caranya untuk membentuk kelompok belajar dan membantu
setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
|
Fase
4
Membimbing
kelompok bekerja dan belajar
|
Membimbing
kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas
|
Fase
5
Evaluasi
|
Mengevaluasi
hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya
|
Fase
6
Memberikan
penghargaan
|
Mencari
cara-cara untuk menghargai baik upaya mapun hasil belajar individu atau
kelompok
|
Sumber: Ibrahim (Trianto, 2012: 71)
4.
Langkah-Langkah
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Menurut Isjoni
(Taniredja dkk, 2012: 64) tipe STAD yang dikembangkan oleh Slavin ini merupakan
salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi
diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi
pelajaran yang diberikan oleh guru guna mencapai prestasi yang maksimal.
Menurut Sharan
(Taniredja, 2012:64) strategi pelaksanaan/siklus aktivitas model STAD adalah
sebagai berikut:
a. Siswa
dibagi menjadi kelompok yang beranggotakan empat orang yang beragam berdasarkan
kemampuan, jenis kelamin dan sukunya.
b. Guru
memberikan pelajaran.
c. Guru
memberikan tugas kepada setiap kelompok untuk dikerjakan dengan anggota
kelompoknya. Setiap kelompok memastikan semua anggota kelompoknya bisa
menguasai pelajaran/materi tersebut.
d. Semua
siswa menjalani kuis perseorangan tentang materi tersebut. Mereka tidak dapat
membantu satu sama lain.
e. Guru
memberikan penghargaan kepada kelompok yang berprestasi
5.
Media
Pembelajaran
a.
Pengertian
Media Pembelajaran
Kata media
berasal dari bahasa Latin medius yang
secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Menurut AECT (Association of Education an Communication
Technology) (Arsyad, 2002: 3) menyatakan bahwa “media sebagai segala bentuk
dan saluran yang digunakan untuk
menyampaikan pesan atau informasi”. Lain halnya dengan pendapat dari National Education Association (NEA) (Sidharta,
2005: 5) mengartikan “media sebagai segala benda yang dapat dimanipulasikan,
dilihat, didengar, dibaca, atau dibicarakan beserta instrument yang digunakan
untuk kegiatan tersebut”. Dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
media adalah alat yang dapat menyalurkan atau menyampaikan pesan-pesan
pembelajaran.
Sedangkan pembelajaran
adalah proses, cara, perbuatan yang menjadikan orang atau makhluk hidup
belajar, Kamus Bahasa Indonesia (Sari, 2012: 22). Jadi media pembelajaran
adalah cara penyalur suatu pesan atau informasi yang digunakan oleh guru kepada
siswanya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Jika media
pembelajaran dapat digunakan dengan baik dapat menjadikan siswa termotivasi
dalam pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien
serta hakikat dari media pembelajaran yaitu untuk menyalurkan pesan-pesan
pembelajaran benar-benar memenuhi fungsinya.
b.
Macam-Macam
Media Pembelajaran
Menurut
Setyosari dan Sihkabudden (Rozaqmuala, 2012) pengelompokan media pembelajaran
berdasarkan ciri fisik dan bentuknya dapat dikelompokkan menjadi empat macam yaitu:
1) Media
pembelajaran dua dimensi (2D), yaitu media yang tampilannya dapat diamati dari
satu arah pandang saja yang hanya dilihat dari dimensi panjang dan lebarnya
saja. Misalnya foto, grafik, peta, gambar, papan tulis dan semua media yang
hanya dilihat dari sis datar saja.
2) Media
pembelajaran tiga dimensi (3D), yaitu media yang tampilannya dapat diamati dari
arah pandang mana saja yang mempunyai dimensi panjang, lebar, dan tinggi/tebal.
Media ini juga tidak menggunakan media proyeksi dalam pemakaiannya. Kebanyakan
media tiga dimensi ini merupakan objek yang sesungguhnya (real object) atau
miniature suatu objek dan bukan foto, gambar atau lukisan. Beberapa contoh
media 3D adalah model, prototype, bola, kotak, meja, kursi, mobil, rumah,
gunung, dan alam sekitar.
3) Media
pandang diam (still picture), yaitu media menggunakan media proyeksi yang hanya
menampilkan gambar diam pada layar. Misalnya foto, tulisan, gambar binatang
atau gambar alam semesta yang diproyeksikan ke dalam kegiatan pembelajaran.
4) Media
pandang gerak (motion picture), yaitu media yang menggunakan media proyeksi yang
dapat menampilkan gambar bergerak dilayar, termasuk media televise, film, atau
video recorder termasuk media pandang bergerak yang disajikan melalui layar
monitor di komputer atau layar LCD dan sebagainya (http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2256715-macam-macam-media-pembelajaran/ di akses pada tanggal 14 April jam 8.13 WITA).
c.
Manfaat
Media pembelajaran
Secara umum
manfaat dari penggunaan media pembelajaran adalah untuk memperlancar proses
pembelajaran khusunya interaksi antara guru dan siswa sehingga kegiatan
pembelajaran akan lebih efektif dan efisien. Tetapi secara khusus ada beberapa
manfaat dari media pembelajaran seperti yang diungkapkan oleh Sudjana dan Rivai
(Arsyad, 2002: 24) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam prose belajar
siswa, yaitu:
1)
Pembelajaran
akan lebih menarik perhatian siswa, sehinggan dapat menumbuhkanmotivasi
belajar;
2)
Bahan
pembalajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa
dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran;
3)
Metode
mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui
penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak
kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap mata pelajaran;
4)
Siswa
data lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan
uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan,
mendemonstrasikan, memerankan dan lain-lain.
Sedangkan menurut Encyclopedia of Educational Research
(Arsyad, 2002: 25) merincikan manfaat media pembelajaran sebagai berikut:
1)
Meletakkan
dasar-dasar konkret untuk berpikir, oleh karena itu mengurangi verbalisme.
2)
Memperbesar
perhatian siswa
3)
Meletakkan
dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, oleh karena itu membuat
pelajaran lebih mantap.
4)
Memberikan
pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri dikalangan
siswa.
5)
Menumbuhkan
pemikiran yang teratur dan kontinyu, terutama melalui gambar hidup.
6)
Membantu
tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan berbahasa.
7)
Memberikan
pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain, dan membantu efisiensi
dan keragamanyang lebih banyak dalam belajar.
Dari beberapa pendapat di atas
dapat disimpulkan bahwa manfaat media pembelajaran sangat banyak diantaranya
media pembelajaran dapat memotivasi siswa dapat pembelajaran, memperjelas
penyajian informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil
belajar siswa, dan dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu.
6.
Media
Pembelajaran Tiga Dimensi
a.
Pengertian
Media Pembelajaran Tiga Dimensi
Media pembelajaran tiga dimensi
adalah media yang tampilannya dapat diamati dari arah pandang mana saja dan
mempunyai dimensi panjang, lebar dan tinggi/tebal. Kelompok media ini dapat
berwujud sebagi benda asli baik hidup maupun mati, dan dapat pula berwujud sebagai
tiruan dan mewakili aslinya. Menurut Santyasa (2007: 15) “media tiga dimensi
adalah sekelompok media tanpa proyeksi yang penyajiannya secara visual tiga
dimensional”. Media tiga dimensi yang dapat diproduksi dengan mudah adalah
tergolong sederhana dalam penggunaan dan pemanfaatannya, karena tanpa
memerlukan keahlian khusus, dapat dibuat langsung oleh guru dan bahannya mudah
diperoleh di lingkungan sekitar.
Moedjiono (Santyasa, 2007)
mengatakan bahwa, media sederhana tiga dimensi memiliki kelebihan-kelebihan
yaitu: (1) memberikan pengalaman secara langsung, penyajian secara kongkrit dan
menghindari verbalisme, (2) dapat menunjukkan objek secara utuh baik konstruksi
maupun cara kerjanya, (3) dapat memperlihatkan struktur organisasi secara
jelas, dan (4) dapat menunjukkan alur suatu proses secara jelas. Sedangkan
kelemahan-kelemahan dari media tiga dimensi adalah (1) tidak bisa menjangkau
sasaran dalam jumlah yang besar, dan (2) penyimpanannya memerlukan ruang yang
besar dan perawatan yang rumit.
b.
Contoh
Media Pembelajaran Tiga Dimensi
Di bawah ini adalah contoh-contoh
media pembelajaran tiga dimensi yang dapat diterapkan dapat proses pembelajaran
(Santyasa, 2007), yaitu:
1. Belajar
benda sebenarnya melalui widya wisata. Suatu kegiatan belajar yang dilaksanakan
melalui kunjungan ke suatu tempat di luar kelas sebagai bagian integral dari
seluruh kegiatan akademis dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan dengan
tujuan agar siswa memperoleh pengalaman langsung sehingga proses belajar
menjadi lebih bermakna, membangkitkan minat siswa untuk menyelidiki, melatih
seni hidup bersama dan tanggung jawab bersama dan mengintegrasikan pengajaran
di kelas dengan kehidupan dunia nyata.
2. Belajar
benda sebenarnya melalui specimen. Terminology benda sebenarnya digolongkan
atas dua, yaitu objek dan bendah contoh (specimen). Objek adalah semua benda
yang masih dalam keadaan asli dan alami, sedangkan specimen adalah benda-benda
asli atau sebagian asli yang digunakan sebagai contoh. Namun adal juga benda
asli tidak alami atau benda asli buatan, yaitu jenis benda asli yang telah
dimodifikasi bentuknya oleh manusia. Contoh-contoh specimen benda yang masih
hidup adalah akuarium, terrarium, kebun binatang, kebun percobaan, dan
insektarium. Contoh-contoh benda specimen yang sudah mati adalah herbarium,
tersidermi, awetan dalam botol, awetan dalam cairan plastic. Contoh-contoh
specimen benda yang tak hidup adalah berbagai benda yang berasal dari batuan
dan mineral.
3. Belajar
melalui media tiruan. Belajar melalui media tiruan dilakukan untuk pokok
bahasan tertentu yang tidak mungkin dapat dilakukan melalui pengalaman langsung
atau melalui benda sebanarnya.ada beberapa tujuan belajar dengan menggunakan
media tiruan yaitu mengatasi kesulitan yang muncul ketika memperlajari objek
yang terlalu besar atau terlalu kecil, untuk mempelajari objek yang telah
menyejarah dimasa lampau, untuk mempelajari objek-bjek yang tak terjangkau
secar fisik atau mudah dijangkau tetapi tidak memberikan ketengan yang memadai
(misalnya mata manusia, telinga manusia), untuk memperlajari
konstruksi-konstruksi yang abstrak dan untuk memperlihatkan proses dari objek yang
luas (misalnya proses peredaran planet).
4. Peta
timbul. Peta timbul secar fisik termasuk model lapangan adalah peta yang dapat
menunjukkan tinggi rendahnya permukaan bumi. Peta timbul memiliki ukuran
panjang, lebar, dan dalam. Peta timbul dapat dibuat oleh guru bersama siswa
sehingga dapat memupuk daya kreasi, daya imajinasi dan memupuk rasa tanggung
jawab bersama terhadap hasil karya bersama.
5. Globe.
Globe adalah bentuk tiruan dari bentuk bumi yang diperkecil. Globe dapat
memberikan keterangan tentang permukaan bumi pada umumnya dan khususnya tentang
lingkungan bumi, aliran sungai, dan langit.
6. Boneka.
Boneka merupakan salah satu model perbandingan benda tiruan dari bentuk manusia
dan atau hewan. Sebagai media pendidikan dalam penggunaannya boneka dimainkan dalam
bentuk sandiwara boneka.
B.
Kerangka
Pikir
Matematika
merupakan mata pelajaran yang masih sulit untuk dipahami atau dimengerti oleh
siswa. Sama halnya dengan siswa kelas V SD Inpers Bertingkat Bara-Baraya yang
masih mengalami kesulitan belajar khususnya mata pelajaran matematika. Dalam
pelaksanaan pembelajaran terutama pembelajaran matematika masih banyak kendala
yang dihadapi oleh guru. Rendahnya hasil belajar matematika siswa kelas V
sebabkan oleh beberapa faktor baik dari guru maupun siswa, diantaranya (1)
masih banyaknya siswa yang pasif dalam proses pembelajaran (2) kurangnya minat
dan motivasi siswa dalam menerima materi pembelajaran (3) rendahnya pemahaman
siswa terhadap materi yang diajarkan, (4) proses pembelajaran yang dilakukan
oleh guru kurang mengaktifkan siswa, (5) penggunaaan media dan penerapan model
pembelajaran yang belum maksimal, (6) pengelolaan kelas yang masih kurang.
Agar peningkatan hasil belajar matematika yang
diharapkan tercapai maka peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan menggunakan media pembelajaran tiga dimensi.
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan media
pembelajaran tiga dimensi dapat meningkatkan hasil belajar matematika, karena siswa
belajar dalam kelompok-kelompok kecil secara heterogen sehingga memungkinkan
siswa untuk berdiskusi satu sama lain dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok.
Selain itu, penggunaan media pembelajaran tiga dimensi juga sangat menunjang
proses pembelajaran karena dapat membantu guru dalam menyampaikan pesan-pesan
atau informasi pembelajaran kepada siswa serta dapat memperlancar proses
pembelajaran khususnya interaksi antara guru dan siswa sehingga kegiatan
pembelajaran akan lebih efektif dan efisien.
Adapun kerangka
pikir dapat ditunjukkan pada bagan di bawah ini.
|
Gambar
2.2 Bagan kerangka pikir
C.
Hipotesis
Tindakan
Berdasarkan
kerangka pikir yang telah dikemukakan, maka hipotesis tindakan dalam penelitian
ini adalah “jika model pembelajaran kooperatif tipe STAD diterapkan dengan
menggunakan media pembelajaran tiga dimensi, maka hasil belajar matematika
kelas V SD Inpres Bertingkat Bara-Baraya meningkat”.
III.
METODE
PENELITIAN
A.
Pendekatan
dan Jenis Penelitian
1.
Pendekatan
Penelitian
Penelitian ini
menggnuakan pendekatan kualitatif yang menuntut peneliti sebagai instrument
utama sekaligus sebagai pengumpul data. Dalam penelitian ini terjadi kerjasama
antara peneliti dan guru kelas.
2.
Jenis
Penelitian
Jenis penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (class
room action research/CAR) yang dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki mutu
proses pembelajaran di dalam kelas. Dalam penelitian tindakan kelas, peneliti
atau guru dapat melihat sendiri praktik pembelajaran atau bersama guru lain ia
dapat melakukan penelitian terhadap murid dilihat dari segi aspek interaksinya
dalam proses pembelajaran. Menurut Arikunto (2008: 3) Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) adalah “suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar beruapa sebuah
tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebiah kelas secara
bersama.”
Jenis PTK yang
dipilih adalah PTK partisipan dengan model sederhana yakni model yang terdiri
atas empat komponen dalam satu siklus, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan,
(3) observasi atau pengamatan, dan (4) refleksi. Secara sistematik desain PTK
dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar
3.1 Siklus Rencana Penelitian
B.
Fokus
Penelitian
Berdasarkan
kajian secara empirik, maka dapat ditetapkan fokus penelitian sebagai berikut:
1. Faktor
siswa, yaitu melihat apakah siswa memahami materi pembelajaran melalui
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan media
pembelajaran tiga dimensi.
2. Faktor
guru, yaitu memperhatikan bagaimana persiapan materi dan kesesuaian proses
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan media pembelajaran tiga
dimensi.
C.
Setting
Penelitian
Penelitian ini
dilakukan di SD Inpres Bertingkat Bara-Baraya pada siswa kelas V yang beralamat
di Jl. Abu Bakar Lambogo melalui program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
dimaksudkan agar penelitian berjalan lancar. Lokasi penelitian ini dipilih
karena adanya akses dengan kepala sekolah setempat sehingga memudahkan untuk
berkomunikasi dengan guru kelas mengenai proses pembelajaran yang terjadi di
dalam kelas dan memudahkan peneliti melaksanakan penelitiannya. Selain itu
peneliti memilih sekolah tersebut dengan pertimbangan (1) Masih kurangnya
motivasi belajar siswa sehingga masih banyaknya siswa yang mengalami kesulitan
dalam memahami materi yang disajikan oleh guru, dan (2) Penerapan Media
pembelajaran dalam proses pembelajaran masih kurang diterapkan oleh guru.
Yang menjadi
subjek penelitian adalah murid kelas V SD Inpres Bertingkat Bara-Baraya dengan
jumlah murid sebanyak 34 orang yang terdiri dari 18 orang perempuan dan 16
orang laki-laki.
D.
Rancangan
Tindakan
Penelitian ini
merupakan penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan dengan dua siklus
masing-masing siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.
Siklus I dilakukan dengan 2 kali pertemuan begitupun dengan siklus II. Kegiatan
pada siklus II merupakan pengulangan dan perbaikan dari siklus I.
1.
Gambaran
tentang Siklus I
Pada pelaksanaan
siklus I, ada 4 tahap yang dilakukan yaitu sebagai berikut:
a. Tahap
Perencanaan
Dalam tahap ini dilakukan kegiatan pembuatan rencana
pelaksanaan pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dengan menggunakan media pembelajaran tiga dimensi kemudian dilanjutkan
dengan membuat lembar observasi serta menyusun evaluasi belajar untuk mengathui
adakah peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan menggunakan media pembelajaran tiga dimensi.
b. Tahap
Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahap ini, pelaksanaan tindakan yang dilakukan
adalah menyajikan materi dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dengan menggunakan media pembelajarn tiga dimensi. Dalam penyajian bahan
pelajaran diupayakan setiap langkah pelaksanaan tindakan dapat mengarah pada
inti permasalahan dimulai dari yang sederhana. Pelaksanaan tindakan dalam
kegiatan penelitian tindakan kelas terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti,
dan kegiatan akhir. Adapun urutan secara garis besar adalah sebagai berikut:
1) Tes
pengetahuan awal
2) Penyajian
materi
3) Belajar
kelompok
4) Tes
akhir
5) Pemberian
penghargaan
c. Tahap
Observasi
Objek yang diobservasi adalah kegiatan belajar murid
dan prose pembelajaran yang disajikan oleh guru. Observasi dilakukan pada saat
kegiatan belajar mengajar berlangsung. Hal-hal yang dicatat adalah penyampaian
materi pembelajaran oleh guru kepada murid sesuai kompetensi dasar yang akan
dicapai, beberapa kelompok yang dibentuk oleh guru, tes/kuis yang diberikan
kepada siswa secara individual, guru memfasilitasi siswa untuk membuat
kesimpulan, pemberian penghargaan kepada kelompok berdasarkan perolehan nilai
peningkatan hasil belajar.
d. Tahap
Refleksi
Refleksi dilakukan untuk melihat proses pelaksanaan
tindakan dan hasil pemahaman siswa. Dari hasil yang didapatkan peneliti akan
merefleksikan diri dengan melihat data observasi dan tes akhir, apakah kegiatan
yang dilakukan sudah dapat meningkatkan hasil belajar matematika dengan
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan media pembelajaran
tiga dimensi pada siswa kelas V. Hasil analisis data yang diperoleh dalam tahap
ini akan dipergunakan sebagi acuan untuk melaksanakan siklus selanjutnya.
2.
Gambaran
tentang Siklus II
Kegiatan yang dilakukan pada siklus
II adalah pengulangan dan perbaikan kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan pada
siklus I yang diuraikan sebagai berikut:
a. Tahap
Perencanaan
Dalam tahap ini dilakukan kegiatan yang sama seperti
yang dilakukan pada siklus I dengan cara pembuatan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
menggunakan media pembelajaran tiga dimensi kemudian dilanjutkan dengan membuat
lembar observasi serta menyusun evaluasi belajar untuk mengathui adakah
peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD dengan menggunakan media pembelajaran tiga dimensi.
Dalam tahap ini sesuai dengan perencanaan siklus I
dengan menambahkan ataupun mengurangi bagian-bagian yang dianggap perlu
berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama.
b. Tahap
Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahap ini, pelaksanaan tindakan yang dilakukan
adalah melengkapi atau menambahkan kegiatan pembelajaran pada siklus I yaitu
menyajikan materi dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dengan menggunakan media pembelajaran tiga dimensi. Dalam penyajian bahan
pelajaran diupayakan setiap langkah pelaksanaan tindakan dapat mengarah pada
inti permasalahan dimulai dari yang sederhana. Pada tahap ini diharapkan dapat
menutupi ataupun memperbaiki kekurangan yang terdapat pada siklus sebelumnya.
c. Tahap
Observasi
Pada dasarnya tahap observasi pada siklus ini sama
dengan pelaksanaan yahap pertama yaitu objek yang diobservasi adalah kegiatan
belajar murid dan prose pembelajaran yang disajikan oleh guru. Observasi dilakukan
pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Hal-hal yang dicatat adalah
penyampaian materi pembelajaran oleh guru kepada murid sesuai kompetensi dasar
yang akan dicapai, beberapa kelompok yang dibentuk oleh guru, tes/kuis yang
diberikan kepada siswa secara individual, guru memfasilitasi siswa untuk
membuat kesimpulan, pemberian penghargaan kepada kelompok berdasarkan perolehan
nilai peningkatan hasil belajar.
d. Tahap
Refleksi
Pada tahap refleksi pada siklus II dilakukan untuk
memperbaiki kelemahan dan kekurangan yang terdapat pada siklus I dengan
mencamtumkan kelemahan dan kekurangan pembelajaran pada siklus II.
E.
Teknik
dan Prosedur Pengumpulan Data
1. Obesrvasi
Observasi
dilakukan untuk mengamati aktivitas dan kenerja siswa dan guru untuk dijadikan
bahan kajian terkait dengan aktivitas pembelajaran yang berlangsung di kelas
dengan menggunakan format observasi model checklist
(Ö).
2. Tes
Menurut
Sukamadinata (2007, 223) bahwa “tes hasil belajar kadang-kadang disebut juga
tes prestasi belajar, mengkur hasil-hasil belajar yang dicapai siswa selama
dalam kurun waktu tertentu”. Oleh karena itu, data tentang hasil belajar siswa
diambil dengan menggunakan tes akhir setiap siklus dalam bentuk ujian. Tes yang
digunakan merupakan tes yang dikembangkan oleh guru yang mengajar.
F.
Teknik
Analisis Data dan Indikator Keberhasilan
1.
Teknik
Analisi Data
Data yang
dikumpulkan dianalisi dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif.
Kriteria yang digunakan untuk mengukur hasil belajar matematika adalah norma
absolute skala lima sebagai pedoman dikemukakan oleh Safari (2003: 78)
a. Hasil
belajar dikategorikan sangat tinggi dengan nilai 85-100
b. Hasil
belajar dikategorikan tinggi dengan nilai 70-84
c. Hasil
belajar dikategorikan cukup dengan nilai 55-69
d. Hasil
belajar dikategorikan kurang dengan nilai 40-54
e. Hasil
belajar dikategorikan sangat kurang dengan nilai 0-39
2.
Indikator
Keberhasilan
Penelitian
dikatakan berhasil apabila terjadi peningkatan hasil belajar siswa terhadap
materi pelajaran setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dengan menggunakan media pembelajaran tiga dimensi. Siswa kelas V SD Inpers
Bertingkat Bara Baraya dianggap tuntas apabila terdapat 75% siswa yang
memperoleh skor minimal 70, maka kelas dianggap tuntas secara klasikal.
G.
Jadwal
Pelaksanaan Penelitian
Peneliti
merencakan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan menggunakan media pembelajaran tiga dimensi pada
siswa kelas V dalam meningkatkan hasil belajar matematika. Adapun jadwal pelaksanaan penelitian adalah
sebagai berikut:
No
|
Kegiatan Penelitian
|
Waktu Efektif Pelaksanaan Tindakan Kelas
|
|||||||||||
Bulan I
|
Bulan II
|
Bulan III
|
|||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
A.
|
Persiapan
|
||||||||||||
1.
Pendekatan/Negoisasi
|
|||||||||||||
2.
Penyusunan Proposal
|
|||||||||||||
3.
Seminar Proposal
|
|||||||||||||
4.
Perizinan
|
|||||||||||||
5.
Pertemuan dengan Pihak Sekolah
|
|||||||||||||
B.
|
Pelaksanaan
PTK
|
||||||||||||
1.
Pelaksanaan Siklus I
|
|||||||||||||
2.
Pelaksanaan Siklus II
|
|||||||||||||
3.
Pengumpulan Data
|
|||||||||||||
4.
Analisis Data
|
|||||||||||||
5.
Pembuatan Skripsi
|
|||||||||||||
C.
|
Evaluasi Hasil
PTK
|
||||||||||||
1.
Ujian Meja Skripsi
|
|||||||||||||
2.
Revisi dan Penggandaan Skripsi
|
|||||||||||||
3.
Penyerahan Skripsi
|
Tabel
3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
DAFTAR
PUSTAKA
Arsyad,
Azhar. 2002. Media Pembelajaran.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Azhmi,
Fauzani. 2011. Meningkatkan Prestasi
Belajar Sisea dengan Menggunakan Model Pembelajaran Koopratif Tipe Time Token
dalam Pembelajaran Geometri Dimensi Tiga di Kelas X.2 SMAN 1 Anjir Muara Tahun
Pelajaran 2010/2011. Banjarmasin: STKIP-PGRI.
Daryanto
dan Muljo Raharjo. 2012. Model
Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Gava Media.
Estiningrum,
Fahrida. 2005. Kefektifan Penggunaan
Media Gambar dalam Meningkatkan Pemahaman Berhitung pada Mata Pelajaran Matematika
Siswa Kelas I SD Negeri Pringtulis 02 Kec.Nalumsari Kab. Jepara. Semarang:
tidak diterbitkan
Huda,
Miftahul. 2012. Cooperative Learning.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ihsan,
Fuad. 2008. Dasar-Dasar Kependidikan.
Jakarta: Rineka Cipta.
Ilmi,
Khairil. 2011. Penggunaan Pembelajaran
Kooperatif Tipe Quick on the Draw (QD) untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika Pokok Bahasan Himpunan Siswa Kelas VII A SMPN 1 Belawang Kab. Batola
Tahun Ajaran 2010/2011. Banjarmasin: STKIP-PGRI.
Rozaqmuala.
2012. Macam-Macam Media Pembelajaran.
(http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2256715-macam-macam-media-pembelajaran/)
di akses pada hari Minggu tanggal 14 April jam 8.13 WITA.
Rusminah.
2011. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
pada Materi Bangun Segiempat dengan Model Pembelajarn Kooperatif Tipe Two Stay
Two Stray di Kelas VII SMP Negeri 23 Banjarmasin. Banjarmasin STKIP-PGRI.
Safari.
2003. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah Direktorat Tenaga Kependidikan.
Santyasa,
I Wayan. 2007. Landasan Konseptual Media
Pembelajaran. Denpasar: Undiksha.
Sari,
Septiati Norita. 2012. Pengembangan Media
Chart Tiga Dimensi (3D) Pembelajaran Menjahit Celana pada Mata Pelajaran
Keterampilan PKK Siswa Kelas VIII Di SMP N 16 Yogyakarta. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta.
Sidharta,
Arief. 2005. Media Pembelajaran.
Bandung: Departemen Pendidikan Nasional.
Sukamadinata,
N.S. 2006. Metode Penelitian Pendidikan.
Jakarta: PT Remaja Rosdakarya.
Sundari,
Afnia. 2010. Peningkatan Kemampuan
Menulis Narasi dengan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Student Teams
Achievment Divisions (STAD) pada Siswa Kelas IV SD Negeri Tempel Gatak
Sukoharjo Tahun Ajaran 2009/2010. Surakarta: Pustaka.uns.ac.id.
Taniredja,
Tukiran dkk. 2012. Model-Model
Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta.
Trianto.
2012. Mendesain Model Pembelajaran
Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.
Undang-Undang
Republik Indonesia. 2009. Himpunan
Perundang-Undangan Republik Indonesia tentang Badan Pendidikan Nasional.
Bandung: Media Purana.
Utamy,
Suci Ayu. 2012. Media Pembelajaran 3D.
(http://suciayuutamy.blogspot.com/2012/12/media-pembelajaran-3d_26.html)
diakses pada hari minggu tanggal 14 April 2013 pukul 8:10 WITA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar